Kaum pria yang ingin memiliki sperma yang banyak mulailah mematikan televisi Anda dan pergi ke gym. Soalnya, pemuda yang keseringan nonton televisi dan jarang berolahraga bisa memiliki jumlah sperma yang lebih sedikit dibandingkan pria yang jarang menonton olahraga dan giat bergerak.
Temuan ini merupakan hasil penelitian yang tak membuktikan sebab dan akibat. Tetapi hali itu menambah bukti bahwa gaya hidup modern bisa berkontribusi terhadap penurunan dalam jumlah sperma di negara maju.
Seperti dikutip USAToday, Selasa (5/2/2013), Jorge Chavarro, asisten profesor gizi dan epidemiologi di Harvard School of Public mengatakan, temuan ini bisa menjamin orang-orang aktif yang pernah mendengar kalau olahraga bisa menurunkan jumlah sperma.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine.
"Sebagian besar penelitian sebelumnya telah difokuskan pada atlet, seperti pelari marathon dan pesepeda profesional yang tubuhnya mungkin berada di bawah tekanan yang tidak biasa," kata Chavarro.
Menurut Chavarro, bersepeda mungkin terlalu panas atau melukai skrotum.
Pada penelitian terbaru ini melibatkan 189 mahasiswa pria yang berusia 18-22 tahun dari Rochester, NY. Setiap responden memberikan contoh air maninya dan menjawab pertanyaan tentang berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dan terlibat dalam latihan fisik.
Hasil penelitian itu antara lain:
Pada penelitian lain, obesitas dan diet lemak tinggi telah dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih rendah. Namun, dalam studi baru, hubungan antara aktivitas, TV, dan jumlah sperma meningkatkan berat badan bahkan pola diet secara keseluruhan.
Chavarro menunjukkan, perubahan metabolik yang berkaitan dengan aktivitas dan pemanasan skrotum karena kelamaan duduk di depan TV mungkin memainkan peran. Meskipun studi pada jumlah sperma pekerja kantor yang duduk sepanjang hari telah memberikan hasil yang beragam.
Chavarro mengatakan, televisi mungkin terkait dengan faktor makanan, termasuk paparan banyak iklan junk food. Beberapa studibaru lainnya telah menghubungkan menonton televisi berkepanjangan dengan penyakit jantung, diabetes, dan kematian dini.
Seorang profesor Kedokteran Lingkungan di University of Southern Denmark, Tina Kold Jensen, mengatakan, tak ada faktor yang cenderung disalahkan jika jumlah sperma menurun. Dia baru-baru ini menghubungkan jumlah sperma yang berkurang dengan diet lemak jenuh.
"Saya yakin itu adalah gabungan dari gaya hidup, tidak olahraga, menonton televisi, minum cola, dan makanan cepat saji, yang mengurangi kualitas sperma," ujar Jensen.(Mel/Igw)
sumber
Temuan ini merupakan hasil penelitian yang tak membuktikan sebab dan akibat. Tetapi hali itu menambah bukti bahwa gaya hidup modern bisa berkontribusi terhadap penurunan dalam jumlah sperma di negara maju.
Seperti dikutip USAToday, Selasa (5/2/2013), Jorge Chavarro, asisten profesor gizi dan epidemiologi di Harvard School of Public mengatakan, temuan ini bisa menjamin orang-orang aktif yang pernah mendengar kalau olahraga bisa menurunkan jumlah sperma.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine.
"Sebagian besar penelitian sebelumnya telah difokuskan pada atlet, seperti pelari marathon dan pesepeda profesional yang tubuhnya mungkin berada di bawah tekanan yang tidak biasa," kata Chavarro.
Menurut Chavarro, bersepeda mungkin terlalu panas atau melukai skrotum.
Pada penelitian terbaru ini melibatkan 189 mahasiswa pria yang berusia 18-22 tahun dari Rochester, NY. Setiap responden memberikan contoh air maninya dan menjawab pertanyaan tentang berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dan terlibat dalam latihan fisik.
Hasil penelitian itu antara lain:
- Pria yang sering menonton televisi, lebih dari 20 jam seminggu memiliki jumlah sperma 44 persen lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menonton.
- Pria yang sering berolahraga, lebih dari 15 jam seminggu memiliki jumlah sperma 73 persen lebih tinggi dibandingkan pria yang jarang berolahraga, setidaknya kurang dari lima jam dalam seminggu.
- Karakteristik sperma lainnya meliputi kecepatan berenang, yang sama pada semua kelompok, dan peneliti tidak bisa mengatakan apakah perbedaan dalam jumlah sperma cukup besar berdampak pada kesuburan.
Pada penelitian lain, obesitas dan diet lemak tinggi telah dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih rendah. Namun, dalam studi baru, hubungan antara aktivitas, TV, dan jumlah sperma meningkatkan berat badan bahkan pola diet secara keseluruhan.
Chavarro menunjukkan, perubahan metabolik yang berkaitan dengan aktivitas dan pemanasan skrotum karena kelamaan duduk di depan TV mungkin memainkan peran. Meskipun studi pada jumlah sperma pekerja kantor yang duduk sepanjang hari telah memberikan hasil yang beragam.
Chavarro mengatakan, televisi mungkin terkait dengan faktor makanan, termasuk paparan banyak iklan junk food. Beberapa studibaru lainnya telah menghubungkan menonton televisi berkepanjangan dengan penyakit jantung, diabetes, dan kematian dini.
Seorang profesor Kedokteran Lingkungan di University of Southern Denmark, Tina Kold Jensen, mengatakan, tak ada faktor yang cenderung disalahkan jika jumlah sperma menurun. Dia baru-baru ini menghubungkan jumlah sperma yang berkurang dengan diet lemak jenuh.
"Saya yakin itu adalah gabungan dari gaya hidup, tidak olahraga, menonton televisi, minum cola, dan makanan cepat saji, yang mengurangi kualitas sperma," ujar Jensen.(Mel/Igw)
sumber